Perbincangan tentang generasi milenial di Indonesia semakin hangat. Walau sebenarnya rata-rata umur milenial sendiri masih tetap jadi perbincangan. Menurut Majalah Newsweek, milenial ialah generasi yang lahir di rata-rata tahun 1977-1994. PEW Research Center mengatakan lahir diatas tahun 1980. Selain itu, Majalah TIME memandang milenial lahir pada tahun 1980 - 2000. daftar caleg kota bekasi bisa menjadi acuan. Walau rata-rata masalah umur masih tetap jadi perbincangan, tidak dapat disangkal jika milenial jadi grup yang sangat didekati sekarang ini. Dalam panggung politik Indonesia, kita dapat lihat banyak tokoh ramai-ramai mengaku dianya sangat milenial. Dari mulai style kenakan pakaian, style bicara, sampai style bermedia sosial juga sesuai dengan hasrat milenial. Ini lumrah saja. Karena faktanya, menurut Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), pemilih berumur 17-38 tahun sampai 55% pada 2019 kelak. Pemilih dengan rentang umur ini dapat disebutkan sama dengan rata-rata umur milenial yang dijelaskan beberapa alat diatas. Mendekati generasi milenial bukan tiada rintangan. Majalah TIME pada 2013 memberi cap pada generasi milenial menjadi "The Me Me Me Generation". Milenial, menurut TIME, dipandang menjadi generasi yang individualistik, begitu tergantung pada tehnologi, serta apatis pada politik. Di Indonesia sendiri, pentingnya berkaitan apatisme politik, perihal ini terkonfirmasi dengan survey yang launching oleh CSIS serta Litbang Kompas. Survey CSIS yang launching pada awal November lantas tunjukkan jika cuma 2,3% dari generasi milenial yang tertarik dengan rumor sosial-politik. Salah satunya rumor yang sekurang-kurangnya disukai oleh generasi milenial. Litbang Kompas ikut tunjukkan cuma 11% dari generasi milenial yang ingin jadi anggota parpol. Di dalam pandangan jika generasi milenial ialah generasi yang apatis pada politik, dunia malah tengah alami naik daunnya politik anak muda atau politik milenial lepas dari apa pun pandangan politik yang mereka yakini. Kita dapat lihat Macron (39) jadi Presiden termuda Prancis dalam riwayat, atau Sebastian Kurtz (31) yang dikatakan sebagai pemimpin dunia termuda, atau Nathan Law (23) pada usianya yang demikian muda dapat kantongi 50 ribu nada serta jadi anggota parlemen Hong Kong. Kedatangan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dapat juga disimpulkan naik daunnya politik milenial di negeri ini. 70% dari pengurus PSI berumur dibawah 33 tahun hingga tidak salah bila PSI disaksikan menjadi partainya milenial. Trend politik milenial dalam dunia sebetulnya dapat disimpulkan membaiknya kesadaran politik milenial. Tetapi tentunya, ini masih tetap jauh dari cukuplah. Beberapa hasil survey dengan gamblang tunjukkan jika kesadaran politik milenial mesti jadi perhatian bersamanya. Di Indonesia, saya lihat apatisme milenial pada politik tidak terlepas dari persepsi jika politik itu kotor. Laporan tahunan KPK semenjak 2004 sampai 2016 tunjukkan jika sekitar 32% dari mereka yang diamankan KPK ialah kader parpol. Belum juga, sehari-hari mereka disajikan kabar berita mengenai petinggi publik yang memakai rompi oranye. Tentunya pengakuan diatas mesti dijustifikasi oleh survey tentang fakta milenial apatis berpolitik. Akan tetapi dari pertemuan dengan beberapa kawan mahasiswa, saya dengar jawaban yang sama. "Politik itu kotor," tuturnya. Ada juga keterangan lainnya yang mungkin dapat jadi fakta milenial apatis berpolitik. Daniel Wittenberg pada 2013 menulis artikel di The Guardian tentang anak muda serta politik. Wittenberg bercerita bagaimana dia serta anak muda yang lain tertarik dengan desas-desus yang terkait dengan waktu depannya seperti akses pendidikan, service kesehatan, lapangan pekerjaan, serta rumah murah. Bahkan juga Wittenberg dengan tegas mengatakan jika sebenarnya anak muda tertarik dengan politik, tetapi tidak sempat dikasih peluang dalam politik. Alat Sosial Dengan semua perdebatannya, mendekati milenial ialah satu kewajiban. Karenanya, mendekati sosial media juga jadi satu keniscayaan. Menurut survey CSIS, sekitar 81,7% milenial mempunyai Facebook, 70,3% mempunyai Whatsapp, 54,7% mempunyai Instagram. Twitter telah mulai dibiarkan milenial, cuma 23,7% yang masih tetap seringkali mengaksesnya. Walau demikian, sosial media bukan tiada rintangan. Faktanya sosial media, wadah generasi milenial "bergabung", jadi rintangan sendiri. Trend vlogger di Youtube atau yang biasa diketahui dengan Youtuber adalah bagian positif sosial media yang menggali kreatifitas generasi milenial lewat video-video yang mereka upload. Di lain sisi, sosial media dapat jadi musibah. Ditambah lagi bila dikaitan dengan politik. Ini berlangsung di sejumlah negara. Revolusi Tunisia diawali dari sosial media saat seseorang lelaki lakukan memprotes atas pemerintahan Tunisa dengan membakar dianya lalu video itu jadi viral di Twitter serta Facebook hingga menyebabkan beberapa gerakan setelah itu. Pada akhirnya, revolusi yang di pengaruhi kemampuan sosial media ini menyebabkan pergantian politik di wilayah-wilayah negara Arab yang diketahui menjadi The Arab Spring. Di Amerika, periset sosial media Ohio University, Laeq Khan lihat potensi Donald Trump mendekatkan diri dengan pemilihnya di sosial media lebih dari Hillary Clinton mengantar dianya jadi Presiden Amerika Serikat. Ditambah lagi di Amerika keyakinan pada mass media tengah alami penurunan mencolok. Survey UCLA & Stanford University tunjukkan jika 42% pemirsa tv tidak melihat iklan kampanye di channel-channel tv itu. Tidak cuma itu, di Amerika, muncul akun-akun palsu untuk sebarkan berita hoaks pada Hillary Clinton selama saat kampanye Pemilu Presiden. Akun-akun itu oleh beberapa alat Amerika disangka datang dari negeri pimpinan Vladimir Putin. Pemakaian sosial media untuk pekerjaan politik di Indonesia juga alami pasang surut. Sosial media dapat melambungkan tokoh seperti Jokowi yang pada Pemilihan kepala daerah 2012 serta Pemilihan presiden 2014 ikut demikian manfaatkan kampanye lewat Twitter. Basuki Tjahaja Purnama manfaatkan sosial media, Youtube pentingnya, menjadi fasilitas transparansi pemerintahan daerah. Dengan bertepatan, sosial media ikut menimbulkan sindikat penyebar hoaks seperti Saracen atau orang seperti Jonru. Pada Pemilihan kepala daerah Jakarta 2017 lantas, kita dapat lihat bagaimana linimasa sosial media dipenuhi dengan hoaks yang demikian provokatif serta punya niat memecah iris kita menjadi bangsa. Salah satunya hoaks yang sangat populer ialah bagaimana pulau reklamasi nanti akan di isi oleh beberapa orang dari Tiongkok. Mendekati Pemilihan presiden 2019, rumor hoaks PKI memulai digaungkan kembali untuk memberikan cap pada Presiden Jokowi yang tetap difitnah berafiliasi dengan PKI. Sosial media buka akses yang demikian luas. Siapa saja dapat jadi konten writer di sosial media hingga tidaklah heran saat sosial media betul-betul jadi alat bebas yang di isi content positif ataupun negatif. Tentunya, sosial media tidak salah. Tidak bisa ada batasan juga pada akses sosial media. Oleh karena itu, sosial media rintangan sendiri. Ini perang tentang siapa yang sangat dapat isi content itu. Pemakaian sosial media untuk kampanye politik tidak dapat dihindarkan. Tidak ada juga yang salah berkaitan itu. Beberapa politisi pasti juga sadar jika sosial media telah jadi arus penting info generasi milenial. Karenanya, mendekati milenial lewat sosial media harus juga dengan beberapa cara yang bijak. Bukan dengan menjejali mereka dengan info yang tidak berkualitas cuma untuk memperoleh nada mereka semata-mata. Politisi miliki tanggung jawab untuk memberi edukasi politik, atau content yang positif pada generasi milenial lewat sosial media hingga kesadaran politik yang terjaga ialah kesadaran politik yang positif. Catatan lainnya yang penting juga, politisi atau pentingnya elite politik tidak bisa mendekatkan diri pada milenial semata-mata untuk memperoleh nada saat kampanye saja. Kesadaran politik milenial mesti diimbangi dengan memberi mereka panggung di politik Indonesia. Telah saatnya elite politik memberi generasi milenial tempat di panggung politik Indonesia. Jangan pernah apakah yang disebutkan Daniel Wittenberg pada 2013 lantas jadi fakta di Indonesia. Milenial mulai senang dengan rumor politik, tetapi mereka tersingkirkan sebab tidak dikasih tempat.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
November 2016
Categories |